Selasa, 24 Juni 2008

Monitoring dan Penilaian Kondisi Terumbu Karang Sulawesi Selatan

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup lebih dari 400 jenis karang, lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacea, sponge, algae, lamun dan biota laut lainnya (Moosa et al., 1996; Walter, 1994 dalam Suharsono, 1998).

Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi sebagai gudang keanekaragaman biota, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari makan atau memijah dan daerah asuhan, serta tempat berlindung bagi hewan laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi, dan fisik secara global yang mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi.

Disamping itu, terumbu karang merupakan sumber bahan makanan langsung atau tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan sumber utama bahan konstruksi. Terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai pendukung dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk di dalamnya sebagai penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai hasil laut. Pemandangan yang sangat indah untuk rekreasi pantai dan bawah laut serta sebagai tempat penelitian dan kepentingan pendidikan (Suharsono, 1996).

Pemanfaatan oleh manusia telah membawa dampak yang bisa terjadi sewaktu-waktu dalam skala kecil yang dapat kemudian berkembang menjadi skala besar. Kerawanan akan dampak negatif tersebut terutama terhadap biota-biota yang sensitif terhadap tekanan tekanan-tekanan lingkungan dikhawatirkan dapat menurunkan populasi.

Menurut Suharsono (1998) dalam Dahuri (2000) mengatakan bahwa prosentase tutupan karang hidup yang masih sangat baik sekitar 6,5 %, dimana telah mengalami kerusakan sebesar 43 % dari luasan ekosistem terumbu karang. Sementara di Indonesia tengah termasuk sekitar Sulawesi kondisi terumbu karang yang masih sangat baik 7,09 %, 22, 70 % dalam kondisi baik, 33,33 % dalam kondisi sedang dan 36,88 % dalam kondisi rusak.

Secara umum kondisi terumbu karang di Sulawesi Selatan Terumbu karang di Sulawesi Selatan menyebar di 16 kabupaten pesisir dengan 4 kawasan utama, yaitu Kepulauan Spermonde (2 kabupaten dan Kota Makassar), Laut Flores (4 kabupaten), Teluk Bone (7 kabupaten), dan Selat Makassar (2 kabupaten, tidak termasuk Spermonde) Dari ke-4 kawasan yang ada, 3 kawasan yang memiliki sebaran terumbu karang yang luas (Spermonde, Laut Flores/Taka Bonerate, dan Teluk Bone). Dari 265 lokasi (stasiun pengamatan) hanya 22% yang masih alami dengan kondisi berkisar bagus dan sangat bagus. Sisanya 30% sudah dalam kondisi kritis dan bahkan 48 % sudah dalam keadaan rusak. Realitas ini menunjukkan bahwa 78% terumbu karang yang ada di Sulawesi Selatan dalam kondisi terancam. Oleh karena itu perlu segera dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan yang mengarah kepada bagaimana mempertahankan kondisi terumbu karang yang masih dalam kondisi sangat bagus dan bagus dan tindakan perlindungan dan rehabilitasi bagi lokasi yang sudah terancam (kondisinya dalam kategori kritis dan rusak). (PPTK, 2006)

Secara spesifik lagi lokasi Coremap Kabupaten Selayar tercatat pada kedalaman 3-5 m kondisi terumbu karang yang bagus dan sangat bagus mencapai 49 % sementara dalam kondisi rusak berat : 16% dari keseluruhan titik pengamatan. Dan lebih dari itu, kondisi terumbu karang yang baik dan sangat baik pada kedalaman 10 m tercatat 59 % sedangkan yang rusak parah hanya 3% (PPTK, 2006)

Sementara di Kepulauan Pangkep kondisi terumbu karang yang baik dan sangat baik sudah semakin berkurang. Prosentase terbesar adalah terumbu karang dalam kondisi sedang atau tutupan karang hidupnya antara 25 – 50 %, sementara kondisi terumbu karang yang masih baik dan sangat baik kurang dari 20 % dari seluruh okasi yang diteliti. Kondisi ini diperparah oleh laju eksploitasi ikan-ikan karang untuk konsumsi dan ikan hias. Namun demikian kondisi terumbu karang cenderung berubah setiap saat, baik akibat dari pengaruh alami maupun akibat intervensi manusia.

Pada kesempatan ini pada tahun anggaran 2007 Coremap RCU Sulawesi Selatan akan melaksanakan monitoring dan penilaian kondisi terumbu karang pada lokasi dan calon lokasi coremap II Kabupaten Barru, Pangkep dan Kota Makassar.

Bersambung ...

Tidak ada komentar: